ISPO CETAK ILMUAN INDONESIA
12-03-2009 /
LAIN-LAIN
Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia mempunyai potensi besar dalam meramaikan persaingan global. Tidak hanya dalam bidang ekonomi dan politik, tapi juga dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Untuk menemukan ilmuan muda sejak usia sekolah, Indonesia menyelenggarakan Indonesian Scince Project Olympiad (ISPO) dimana kompetisi tersebut berlangsung di bidang kimia, biologi, fisika dan lingkungan.
Ketua DPR Agung Laksono dalam sambutan pada jamuan makan malam dengan peserta ISPO menyatakan bahwa Indonesia harus mampu menciptakan teknologi dan ilmu pengetahuan sendiri.
“Indonesia harus dapat menciptakan dan memproduksi sendiri teknologi dan ilmu pengetahuan,†katanya di Gedung Pustakaloka Nusantara IV, Rabu (11/3).
Ia menilai hal itu menjadi komitmen bangsa Indonesia bila ingin lebih maju. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang benar-benar tangguh dan dipersiapkan sejak dini.
“Memerlukan investasi manusia-manusia kreatif, berpikir ilmiah dan mampu mengembangkannya bagi kemajuan Indonesia,†ujar Agung Laksono.
Lebih jauh Ketua DPR menjelaskan bahwa DPR RI sangat mendukung program ISPO. Diharapkan melalui program ini akan lahir ilmuan Indonesia yang dapat berbicara banyak di dunia internasional serta berguna bagi kemajuan bangsa.
“Mudah-mudahan para finalis ISPO dapat berbicara di tingkat internasional sebagaimana telah banyak dibuktikan remaja dan anak didik kita yang telah memenangkan berbagai lomba internasional di bidang sains dan teknologi,†katanya.
Sementara itu Eky Herdinidiarso salah seorang finalis ISPO menilai ajang ini melatih mental calon ilmuan muda Indonesia untuk lebih meningkatkan kemampuannya. Ia berharap, temuan-temuan peserta ISPO dapat diakui dunia internasional dan bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Eky saat ini mengenyam pendidikan di SMPN 12 Semarang. Dalam ISPO kali ini, ia berkompetisi dengan peserta lain dalam bidang lingkungan. Temuannya berupa briket yang berasal dari limbah batang jagung.
“Batang jagung yang terbuang kami ubah menjadi briket,†katanya.
Ia menjelaskan bahwa proses dari batang jagung yang terbuang menjadi briket dimulai dari pengeringan terhadap batang jagung. Setelah dikeringkan, batang jagung tersebut di bakar dengan pengapian terbatas hingga menjadi arang lalu ditumbuk sampai halus kemudian dicampur kapur, lem kanji dan dicetak.
“Briket siap digunakan. Dapat menjadi pengganti minyak tanah. Satu briket sekitar 300 gram untuk jangka waktu satu jam,†jela Eky.
“Ilmuan muda†ini berharap temuannya dapat disebarluaskan dan dimanfaatkan sebagai energi baru.
Lebih jauh, Eky berharap dapat memenangkan ISPO dan bertarung di Olimpiade Internasional. “Saya ingin bertarung di Olimpiade Internasional,†katanya. (bs/si)